Kembali turun ke sungai. Beberapa orang dari rombongan perjalanan kami tidak pergi ke elephant riding ground, mereka pergi ke Tiger Temple, di mana harimau disucikan dan dipelihara di tempat ibadah tersebut. Sekaligus menjadi daya tarik bagi pengunjung. Kami menunggu waktu kunjung mereka selesai. Itulah mengapa sekarang kaki - kaki kami berkubang di dalam air. Aliran sungai itu cukup tenang, tandanya dasar sungai cukup dalam di bawah sana.
![]() |
Seneng loh seperti ini. Banget, |
“Apa kalian
sudah siap? Rombongan sudah lengkap?” tanya Bu Internet sambil mengawasi
penumpang di dalam van. “Satu orang masi ke toilet.”
Sopir van
yang mengantarkan kami dari Bangkok sedang bersama kelompok di Tiger Temple.
Kali ini, seorang pria gemuk berwajah sama sekali tidak ramah berada di balik
kemudi. Dia memakai topi bulat ciri khas hunter
dengan wajah tidak sabaran. Benar, sama sekali tidak sabaran. Dia menekan
klakson berkali – kali dengan kasar. Rombongan yang sedang ke toilet buru –
buru melompat ke van. Si Bapak lupa mungkin kalau kami bayar.
Dia nyetir ugal – ugalan. Tujuan berikutnya
adalah waterfall. Di kota asal saya,
Magetan, air terjun juga menjadi tujuan wisata utama. Ketinggiannya kurang
lebih lima puluh meter dengan udara sejuk khas pegunungan. Air terjun di
Magetan terdapat di beberapa wilayah. Semuanya harus ditempuh dengan berjalan
kaki berkilo meter, begitu sampai, dinginnya air melunturkan pegal – pegal yang
mencengkeram kaki. Air terjun yang kami kunjungi adalah Erawan. Dari jalan utama, kami menuju ke jalan kecil dengan penunjuk arah air terjun berada. Beda dengan air terjun di Magetan yang harus menempuh medan naik turun agak terjal, kami hanya menempuh jalan setapak yang pendek. Lalu, inilah air terjun Erawan. Sedang kering… Iya… Iya yang kanan...
![]() |
Erawan Waterfall |
Saya terpana dengan air yang mengalir santai, terjun ke bawah menimbulkan riak - riak kecil. Genangan dibawahnya keruh, beberapa ikan tampak muncul di permukaan. Beberapa orang berenang tanpa mempedulikan kawanan ikan disekitarnya. "Jadi ini air terjunnya?" saya menyuarakan pertanyaan yang memenuhi kepala saya. "Iya," jawab Fandi yang juga sedang memperhatikan aliran air dengan keheranan. "Go to my hometown, I'll show you what waterfall is," saya menepuk bahunya seolah bilang, ada hal yang kadang tidak sesuai harapan bro... Benar kawan, ini salah satu pengalaman yang mendorong saya untuk mengeksplorasi wisata di tanah air dan menunjukkan apa yang kita punya sementara yang lain tidak.
Meski mengecewakan, saya memberi apresiasi bagi kebersihan kawasan wisata Air Terjun Erawan. Tidak ada sampah plastik yang sengaja dibuang tidak pada tempatnya. Penjual oleh - oleh dilokasikan di jalan masuk dan bukan berkeliaran di lokasi air terjun. Bahkan penujuk arah toiletnya pun keren:
![]() |
To - i - lel! LOL! |
Kunjungan di Erawan hanya berlangsung dua puluh menit. Si Bapak Tiri sudah menunggu di mobil. Kami dibawa ke Tiger Temple menjemput rombongan lain yang sedang di sana, dua orang dari Jerman. Sampai dilokasi, dia memarkir mobilnya dengan kasar. Penumpang di belakang terlonjak menabrak seat di depannya. "Jancuk!" umpat saya begitu menabrak seat di depan. Pengemudi paling tidak punya manner dan tidak menghormati tamu - tamunya. Dia mematikan mesin van dan keluar dari mobil begitu saja. Semoga dia satu - satunya orang di kota itu yang selera humornya dimusnahkan oleh Tuhan.
Sopir yang ramah tiba - tiba muncul di samping van kami, membukakan pintu untuk kami sambil bertanya apa yang terjadi dengan wajah sungkan. Saya hanya tersenyum. Kami pindah lagi ke mobilnya, menuju ke destinasi lain, menjemput satu lagi rombongan yang akan pulang ke Bangkok bersama kami. Baru seperempat jam di atas kendaraan, sopir meminggirkan mobilnya. Mesin tetap dinyalakan, dia pamit entah kemana. Dia bicara bahasa Thailand jadi saya tidak nyambung.
Setengah jam kemudian dia tidak kunjung kembali. Kami semua kebingungan. Sudah terlalu lama di dalam mobil di bawah terik matahari menuju sore. Seorang teman berinisiatif menelepon agen perjalanan menanyakan keberadaannya. Selang beberapa menit, agen menelepon balik dan menjelaskan bahwa si sopir sedang mencari tambal ban karena ban mobil kanan belakang bocor. Kami ber ooo... Saya yakin pendapat kami tentang sopir tadi sama: berusaha menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa memberitahu kliennya. Dia muncul beberapa saat kemudian sambil terburu - buru. Kami semua turun. Beberapa membantunya mengganti ban. Ya, beberapa. Sebagian lainnya termasuk saya sedang berteduh. Sebenarnya saya berinisiatif jadi umbrella girl dengan memayungi mereka yang sedang ngeban. Namun si Jerman bilang saya sebaiknya minggir, karena kecepatan kendaraan di jalan membahayakan. Daripada nanti terjadi hal - hal buruk.
By Fandi: ganbatte ya mas - mas. |
Akhirnya semua beres. Kami pulang setelah menjemput rombongan terakhir. Van senyap. Semua teler di seat masing - masing. Tinggal sopir baik hati berjuang. Semangat ya Pak e!
0 komentar:
Posting Komentar