Sabtu, 21 Februari 2015

Ini tulisan pertamaku tentang film. Ada panggilan buat nge-review film ini saking ngena-nya di hati.

PK adalah film produksi India yang mengangkat kritik sosial terhadap fenomena blind follower - dalam bahasa saya - para monk, dibintangi Aamir Khan yang telah membintangi film bertema kritik sosial sebelumnya, dan Anushka Sharma. Mengapa menarik, stay tune sampai akhir tulisan.

The story:

Semesta membentang di luar batas pengetahuan kita. Di luar sana, ada ratusan galaksi yang mirip dengan galaksi tempat bumi kita berada. Di sana bisa saja ada makhluk dengan tata kehidupan seperti kita, dan salah satunya PK (Aamir Khan) hadir di bumi dan tersesat tidak bisa pulang karena remote pemanggil pesawat luar angkasanya dicuri. PK (pikee dalam bahasa Hindi berarti mabuk) terus berusaha berkomunikasi dengan manusia di sekitarnya, mengenal budayanya, dan mempelajari bahasanya untuk mencari remote-nya. Semua orang menyebut, "tanya saja sama Tuhan!" "Tuhan akan menyelesaikan masalahmu!" Tuhan, Tuhan, Tuhan... Siapa Tuhan? Sejak itu dia mencari - cari Tuhan, untuk mendapatkan lagi remote-nya

Dalam pencariannya, dia bertemu Jaggu (Anushka Sharma) seorang reporter TV dengan latar belakang keluarga fanatik. Kepada Jaggu, ia ceritakan pengalamannya diusir dari kuil karena Tuhan tidak memberinya remote setelah menyerahkan persembahan. Lalu dia pergi ke rumah Tuhan yang lain, membawa sesaji, ke dalam gereja. Di sana Tuhan minum wine. Diusir dari tempat itu, dia kembali mencari cara bertemu Tuhan. Dengan membawa wine, dia menuju ke rumah Tuhan terdekat di sekitarnya, masjid. Kembali dia harus dikejar - kejar massa. Dia bingung mengapa Tuhan ada bermacam - macam. Yang satu mengharuskan lepas sandal untuk masuk rumah-Nya, satu lagi harus bersepatu. Yang satu mengharuskan puasa Senin Kamis, yang lain tidak. Yang satu minum wine yang lain melarang. Baginya Tuhan punya konsepsi masing - masing, Dia seperti membuat perusahaan dengan konsep berbeda satu sama lain, lalu menitahkan manajer - manajernya (para biksu, rahib, pemuka agama) untuk menyampaikan visi misi perusahaan-Nya ke bumi.

Hingga pada suatu titik, untuk pertama kalinya dia berjumpa dengan remote yang dicari-cari selama ini, berada di tangan seorang monk lalu disebutnya sebagai Batu Siwa. Pada saat itu dia mulai memahami bahwa beberapa manajer menyampaikan ajaran yang keliru pada umatnya yang juga malas berpikir. Dibantu oleh Jaggu, PK bertemu dengan monk yang memiliki remote-nya dan mulai mendebat logika keliru tentang ajarannya kepada umat. Jaggu mengangkat isu tersebut ke media TV tempatnya bekerja hingga mendapat banyak sekali perhatian dari publik. Akankah remote pemanggilnya kembali?

Fenomena yang diangkat dalam film ini benar terjadi di India. Blind follower menjadi fenomena yang sangat mudah dimanfaatkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab, mengatasnamakan dirinya sebagai pemuka agama namun melakukan tindakan yang keliru yang justru merugikan umatnya. Saya mencoba bertanya dengan salah satu teman di sana, dia menyebutkan, bahkan pernah terjadi perkosaan terhadap gadis belia oleh oknum yang mengaku sebagai pemuka agama karena memberikan petuah yang keliru pada masyarakat yang mengikutinya untuk menyerahkan anak gadisnya supaya kehidupannya menjadi lebih baik.

Film tersebut juga mengangkat kritik mengenai toleransi beragama di negara dengan beragam kepercayaan, seperti halnya Indonesia. Kalau boleh dikata, tema besarnya sama dengan film "?" (tanda tanya) insya Allah disutradarai oleh Hanung Bramantyo. 

Dengan dialog cerdas dan sarat kritik, kita akan diajak memahami bagaimana tata kehidupan masyarakat India disandingkan dengan agama yang dianutnya.

Selamat menonton, semoga ada hikmah yang bisa dipetik.